Artikel Detail

Pajak-Pajak Aneh: Sejarah Penerapan Peraturan Pajak Tak Biasa di Seluruh Dunia

Ungkapan “Satu-satunya yang pasti di dunia ini hanyalah kematian dan pajak” memang tak lekang oleh waktu. Keduanya adalah kenyataan yang tak bisa dihindari oleh hampir seluruh umat manusia. Mengenai pajak, praktik pemungutannya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan, jejak sejarah menunjukkan bahwa pajak telah diterapkan sejak sebelum Masehi, sebagaimana terungkap dalam penemuan dokumen kuno. Namun, yang membedakan pajak pada masa lalu dengan sekarang adalah bentuknya yang jauh lebih sederhana. Alih-alih uang, pajak pada waktu itu berupa upeti atau barang, seperti hasil pertanian atau peternakan, yang diberikan kepada raja atau pemimpin daerah sebagai tanda penghormatan atau kewajiban. Dari sini, kita bisa melihat bahwa pajak sepertinya akan tetap ada seiring berjalannya waktu dan perubahan sosial. Di Indonesia, pengenaan pajak pertama kali muncul pada awal 1800-an, yang mirip dengan pajak bumi dan bangunan yang diterapkan sekarang. Sejak saat itu, jenis dan bentuk pajak di Indonesia pun terus mengalami transformasi.

Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak adalah kontribusi wajib yang harus dibayar oleh individu atau badan kepada negara, dan pengenaannya bersifat memaksa. Pajak menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai berbagai kepentingan umum, seperti pembangunan infrastruktur dan kemakmuran rakyat. Selain itu, pajak juga digunakan untuk mempengaruhi perubahan sosial dan perilaku masyarakat. Pengenaan pajak di berbagai negara pun beragam, mengikuti aturan masing-masing. Lalu, bagaimana jika pajak dikenakan untuk hal-hal yang tak biasa dan bahkan terkesan aneh? Berikut adalah beberapa contoh pajak unik yang pernah diterapkan di berbagai belahan dunia.


Pajak Kartu Remi: Antara Perjudian dan Keuangan

Pajak atas kartu remi mungkin terdengar seperti cerita dari masa lalu yang tidak masuk akal. Namun, di Inggris pada tahun 1588, pemerintah menerapkan pajak ini yang berlangsung hingga tahun 1960. Mengingat kartu remi sering dikaitkan dengan perjudian yang adiktif dan menjadi sumber penghasilan cepat bagi sebagian orang, pengenaan pajak ini dimaksudkan untuk mengontrol dan memantau distribusinya. Pada tahun 1710, tarif pajak untuk kartu remi bisa mencapai 12 kali lipat dari harga satu paket kartu remi termurah. Pajak ini dibayar oleh produsen kartu remi, dan setiap paket kartu yang dijual harus diberi stempel resmi untuk mencegah pemalsuan. Menariknya, pemalsuan stempel ini bisa berujung pada hukuman mati! Di Alabama, Amerika Serikat, pajak atas kartu remi juga diberlakukan, meski hanya sebesar $0,10 per paket kartu. Namun, pajak ini akhirnya dicabut pada tahun 2015 karena biaya administrasi yang lebih besar daripada pendapatan pajak yang terkumpul.


Pajak Janggut: Reformasi atau Pengendalian?

Di Rusia pada tahun 1698, Tsar Peter the Great memperkenalkan kebijakan pajak yang cukup kontroversial—pajak atas janggut. Kebijakan ini bertujuan untuk mereformasi tampilan masyarakat Rusia agar lebih mirip dengan masyarakat Eropa yang dianggap lebih "beradab". Pria yang ingin mempertahankan janggut mereka diwajibkan membayar pajak, dengan tarif yang bervariasi berdasarkan status sosial. Warga biasa harus membayar 30 rubel, pedagang biasa 60 rubel, pedagang kaya 100 rubel, dan bangsawan harus membayar hingga 600 rubel per tahun! Jika mereka menolak membayar pajak, polisi diberi wewenang untuk mencukur janggut mereka secara paksa. Kebijakan ini bertahan hingga tahun 1772, ketika pajak janggut akhirnya dicabut, namun jejak sejarahnya tetap menjadi salah satu pajak paling unik yang pernah ada.


Pajak Nama Bayi: Mengatur Kreativitas dalam Penamaan

Swedia memiliki aturan yang cukup unik terkait dengan pemberian nama bayi. Orang tua di Swedia diharuskan mendapatkan persetujuan dari Swedish Tax Agency sebelum memberi nama bayi mereka. Nama yang diberikan harus mudah diucapkan dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Jika orang tua memilih nama yang tidak biasa atau sulit diucapkan, mereka bisa dikenakan biaya hingga 5.000 kroner. Ketentuan ini bertujuan untuk melindungi anak dari nama yang bisa menyebabkan masalah sosial atau kebingungan dalam pengucapan. Pajak ini hanya berlaku sampai anak tersebut berusia lima tahun. Meskipun terdengar seperti aturan yang mengontrol kebebasan orang tua, kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan kenyamanan sosial bagi si anak di masa depan.


Pajak Unik yang Menggambarkan Perubahan Sosial

Berbagai contoh pajak unik di atas menggambarkan bagaimana pajak tidak hanya berfungsi sebagai sumber pendapatan negara, tetapi juga sebagai alat untuk mengatur dan mempengaruhi perilaku sosial masyarakat. Pajak dapat digunakan untuk mendukung reformasi sosial, mengatur kebiasaan, bahkan membatasi kebebasan individu dalam cara-cara yang tidak terduga. Seiring berjalannya waktu, pajak akan terus beradaptasi dengan perkembangan masyarakat dan dinamika sosial. Pajak mungkin akan terus muncul dalam berbagai bentuk baru yang tidak terduga, mengikuti tuntutan zaman dan budaya.

Dengan segala keunikannya, pajak tetap menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan sosial dan negara, meskipun cara penerapannya bisa sangat bervariasi dan kadang tidak terduga.